Riam Engkanan atau Riem Kane penduduk setempat menyebutnya merupakan riam tertinggi di desa Bentiang. Banyak orang percaya bahwa ada tragedi mengerikan yang masih dikisahkan dari generasi ke generasi oleh penduduk setempat.
Konon ada sekelompok Tamei (sebutan untuk orang yang bukan warga Bentiang) yang berjumlah sekitar 50 orang menyerang desa Bentiang. Namun, mereka harus melewati rintangan yang berbahaya, yaitu menyeberangi sungai Sambas tepat di atas riam Engkanan untuk sampai ke desa Bentiang. Ketika mereka hendak menyeberang, kabut telah menutupi daerah itu sebelum mereka tiba mengakibatkan salah satu dari mereka menyeberang dan jatuh ke bawah riam, ketika ditanya oleh beberapa orang yang belum menyeberang "sudahkah kamu sudah mencapai seberang?", "Sudah!" sahut dari seberang. Kemudian orang kedua juga menyeberang dan jatuh, ketika ditanya "apakah kamu sudah mencapai seberang? ","sudah!" sahut dari seberang. Selanjutnya, orang ketiga menyeberang dan jatuh, ketika ditanya dengan pertanyaan yang sama, sahutan dari seberang juga tetap sama dan begitu seterusnya. Sampailah kepada orang terakhir hendak menyeberang, tiba-tiba kabut menghilang dan terlihat olehnya mayat terbaring jatuh di bawah riam. Dari situ ia menyadari bahwa orang yang menjawab mereka sebelumnya adalah Muot (hantu penunggu suatu tempat/daerah). Akhirnya, orang terakhir yang selamat dari bahaya itu pulang dan menceritakan apa yang telah terjadi sehingga sampailah cerita itu ke telinga penduduk Bentiang.
Kisah itu memunculkan misteri di balik riam Engkanan yang masih dipercaya oleh penduduk setempat sebagai tempat yang mistis. Di masa lalu, riam Engkanan juga digunakan leluhur sebagai tempat untuk bermeditasi dan menuntut ilmu hitam dari penjaga riam. Namun, untuk mendapatkan ilmu hitam, para leluhur harus memenuhi setiap syarat yang diminta oleh penjaga riam, seperti mempersembahkan ayam putih. Ada juga cerita mistis tentang riam tersebut, karena bagi pengunjung yang bukan dari penduduk Bentiang dapat melihat penampakan di sekitar riam, bagi orang-orang tertentu mereka dapat melihat pohon jeruk yang tumbuh di situ dikatakan ada keyakinan bahwa siapa saja yang berhasil mengambil buah jeruk itu akan menjadi orang yang kuat dan kaya.
Setelah masyarakat setempat mengenal agama, sejak saat itu riam Engkanan dibuka menjadi tempat wisata, tetapi tidak sembarang pengunjung yang dapat datang dan berkunjung di tempat tersebut, hanya pengunjung yang meminta izin terlebih dahulu kepada ketua adat ataupun kepala desa setempat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, wisatawan yang ingin berkunjung juga dilarang keras membawa hewan hidup yang masih berdarah karena dapat mengundang penjaga riam tersebut, mereka mengira ada manusia yang ingin menyembah dan meminta ilmu hitam kepadanya. Saat mengunjungi riam Engkanan para wisatawan juga bisa tersesat karena penglihatan mereka kurang jelas, tidak tahu mengapa itu semua masih menjadi sebuah misteri.
Suatu peristiwa terjadi pada tahun 2016 dimana ada sekelompok remaja yang berwisata membawa beberapa ekor ayam hidup, sampai saat kedatangan kelompok remaja itu di sekitar riam Engkanan tiba-tiba salah satu rombongan yang membawa ayam jatuh. Tapi orang itu masih beruntung karena dia tidak jatuh ke air, sementara ayam yang dibawanya sudah jatuh di dasar air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar